Citizen

Naskah Khutbah Jumat : BERSIFAT DENGAN PUSAKA PARA NABI

×

Naskah Khutbah Jumat : BERSIFAT DENGAN PUSAKA PARA NABI

Share this article

JUMAT, 29 Zulhijah 1443 H / 29 Juli 2022 M

Oleh Muhammad Harsya Bachtiar, Lc., M.A.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُ..

اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أيها الناس رحمكم الله

Jamaah Jumat yang berbahagia 

Islam sebagai agama yang sempurna datang membawa misi memperbaiki dan menyempurnakan akhlak manusia. Salah satu dari akhlak mulia yang diajarkan dalam Islam adalah sifat malu. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadisnya :

(إِنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا، وَخُلُقُ الْإِسْلَامِ الْحَيَاءُ( رواه ابن ماجه.

Artinya : Setiap agama mempunyai akhlak dan akhlak daripada agama Islam adalah rasa malu.” HR. Ibnu Majah.

Sayangnya di negeri kita negeri yang merupakan negeri kaum muslimin terbesar di dunia, tampaknya sifat malu ini sudah mulai pudar dan menghilang dari jiwa-jiwa setiap insannya. Lebih menyedihkan lagi bahwa ia juga sudah mulai pudar dari jiwa setiap  muslim atau muslimahnya. Tak jarang kita menjumpai seorang muslim/muslimah melakukan hal-hal aneh yang mana hal tersebut tidak pantas dilakukan oleh seorang yang memiliki jiwa mulia apatah lagi seorang muslim yang memang sudah semestinya berhias dengan hiasan kemuliaan.

Maka benarlah sabda Nabi kita tercinta :

(إنَّ ممَّا أدْرَكَ النَّاسُ مِن كَلامِ النُّبُوَّةِ، إذا لَمْ تَسْتَحْيِ فافْعَلْ ما شِئْتَ( رواه البخاري

Artinya : Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah:  Jika engkau tidak punya rasa malu, maka berbuatlah sekehendakmu (HR. Bukhari).

Ketahuilah bahwa malu adalah bagian dari bagian-bagian ajaran Islam yang mulia. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadisnya :

(الإيمانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أو بِضْعٌ وسِتُونَ شُعْبَةً: فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ: لا إله إلا الله، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ ( رواه البخاري ومسلم

Artinya: Iman itu memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling utama ialah ucapan Lā ilāha illallāh, dan cabang yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang dari iman.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Dalam Hadis lain, beliau juga memerintahkan para sahabatnya hal yang demikian. Sebagaimana dalam sebuah hadis Nabi bersabda :

(استَحيوا منَ اللَّهِ حقَّ الحياءِ ، قُلنا : يا رسولَ اللَّهِ إنَّا لنَستحيي والحمد لله ، قالَ : ليسَ ذاكَ ، ولَكِنَّ الاستحياءَ منَ اللَّهِ حقَّ الحياءِ أن تحفَظ الرَّأسَ ، وما وَعى ، وتحفَظَ البَطنَ ، وما حوَى ، ولتَذكرِ الموتَ والبِلى ، ومَن أرادَ الآخرةَ ترَكَ زينةَ الدُّنيا ، فمَن فَعلَ ذلِكَ فقدَ استحيا يعني : منَ اللَّهِ حقَّ الحياءِ) رواه البخاري

Artinya : Hendaknya kalian malu kepada Allah dengan malu yang sebenarnya. Para sahabat berkata : Ya Rasulullah, kami telah memiliki rasa malu tersebut walhamdulillah. Maka Rasulullah menjawab : Bukan itu yang aku maksud! Akan tetapi, malu kepada Allah yang sebenarnya itu, kamu menjaga kepala dengan segala yang dikandungnya, menjaga perut dengan segala isinya, dan senantiasa mengingat maut dengan segala kehancurannya. Barangsiapa yang menginginkan negeri akhirat, makai a akan meninggalkan segala perhiasan dunia. Maka siapa yang melakukan semua itu, ia telah merasa malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya. (Hadis hasan riwayat At Tirmidzi).

Semakin tinggi keimanan seorang hamba maka semakin tinggi pula lah semestinya rasa malu yang ia miliki. Hal ini karena iman dan malu adalah 2 hal yang selalu bergandengan, apabila ada iman maka ada malu, dan bila tidak ada iman maka malu pun akan menghilang. Sahabat yang mulia Abdullah bin Umar ra. mengatakan:

(الـحَيَاءُ وَالإِيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَرُ)

Artinya : Malu dan iman senantiasa bergandengan bersama, jika diangkat salah satunya, maka akan terangkat yang satunya lagi. (Atsar sahih diriwayatkan oleh Hakim dan Al-Baihaqi).

Sebagai contoh nyata akan hal ini, marilah kita melihat dan meneladani nabi kita Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau shallallahu alaihi wasallam adalah manusia yang paling tinggi keimanannya dan beliau pulalah manusia yang paling tinggi rasa malunya. Bahkan saking tingginya sifat malu yang dimiliki oleh Rasulullah sampai sampai sahabatnya mensifati beliau sebagai seorang pemalu yang malunya melebihi malu seorang wanita perawan yang berada di dalam pingitannya. Sahabat Abu Said Al-Khudry ra. mengatakan akan hal ini:

(إنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ حَيَاءً مِنَ الْعَذْرَاءِ فِي خِدْرِهَا وَكَانَ إِذَا كَرِهَ شَيْئًا عَرَفْنَاهُ فِي وَجْهِهِ) رواه البخاري

Artinya : Nabi shallallahu alaihi wasallam memiliki sifat pemalu dan beliau lebih malu daripada gadis dalam pingitannya. Dan apabila Nabi Shallallahu alaihi wasallam tidak menyukai sesuatu, maka kami mengetahuinya dari wajahnya. (HR. Bukhari).

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah.

Lebih dari itu semua, satu hal yang membuat sifat malu semakin mulia adalah bahwa Allah azza wajallah -Rabb kita semua, Rabb yang tidak bersifat kecuali dengan sifat yang sempurna- juga bersifat dengan sifat malu. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam:

إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا

Artinya : Sesungguhnya Rabb-mu (Allah) Ta’ala adalah Maha Pemalu lagi Maha Mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan) mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dengan hampa. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi.).

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah berkata : Sesungguhnya sifat malu merupakan diantara akhlak yang paling mulia, paling agung dan paling luhur, serta paling nampak manfaatnya. Lebih dari itu, sifat malu merupakan sifat ekslusif bagi umat manusia. Maka barangsiapa yang tidak memilikinya, sungguh ia tak ubahnya hanya sekumpulan daging dan darah serta fisik yang nampak namun tak ada nilainya, dan tak ada sedikitpun kebaikan padanya (Miftahu daris sa’adah / 1:277).

Oleh karena itu atas dasar ini semua, hendaklah kita tingkatkan kembali rasa malu kita. Hendaklah kita selalu menghadirkan rasa malu kita dalam setiap perbuatan dan perkataan kita. Terlebih khusus lagi di zaman media sosial seperti ini, hendaklah masing-masing dari kita bertakwa kepada Allah dan tidak menyebarkan konten-konten video ataupun foto yang mendatangkan rasa malu. Jangan korbankan dan tanggalkan malu hanya demi mendapatkan pujian manusia atau mendapatkan sedikit dari harta benda dunia. Ingatlah bahwa setiap yang kita lakukan di media sosial kita akan dihisab dan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah kelak.

Semoga kita senantiasa diberkahi dan dirahmati Allah dan selalu berada dalam perlindungannya.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، أَقُوْلُ قًوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ

Kaum muslimin, jamaah salat Jumat yang dirahmati Allah Azza wajalla.

Sifat malu hendaklah dimiliki oleh setiap lelaki muslim. Dan semakin wajib lagi sifat malu ini dimiliki oleh setiap Wanita Muslimah karena malu merupakan mahkota terindah bagi mereka. Lihatlah bagaimana Nabi Musa alaihissalam rela memberikan 10 tahun tenaganya (jasanya) sebagai mahar untuk meminang sesosok gadis putri orang saleh dari Negeri Madyan, yangmana beliau tidaklah melakukan itu melainkan karena ia melihat sifat yang berharga dalam diri gadis tersebut, yaitu sifat malu. Allah berfirman akan hal ini:

فَجَآءَتْهُ اِحْدٰىهُمَا تَمْشِيْ عَلَى اسْتِحْيَآءٍ ۖقَالَتْ اِنَّ اَبِيْ يَدْعُوْكَ لِيَجْزِيَكَ اَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَاۗ

Terjemahnya : Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu berjalan dengan malu-malu, dia berkata, “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.” (QS. Al Qasas ayat 25).

Lihatlah pula bagaimana para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam dari golongan Wanita yang mana mereka senantiasa menghiasi diri mereka dengan sifat malu. Mereka malu apabila bertemu dengan lawan jenis atau sekedar dilihat wajahnya oleh lawan jenis. Aisyah ra.menceritakan salah satu bentuk rasa malu para sahabiyyat ini. Beliau berkata:

(كُنَّا نَخْرُجُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ مُحْرِمَاتٌ فَإِذَا الْتَقَيْنَا الرُّكْبَانَ سَدَلْنَا الثَّوْبَ عَلَىوُجُوهِنَا سَدْلًا) رواه الدارقطني

Artinya : Kami pernah keluar bersama Rasulullah SAW dan kami sedang berihram. Jika kami bertemu rombongan. maka kami menjulurkan kain (pakaian) pada wajah-wajah kami.” )HR.Daruquthni(.

Atas dasar ini, maka kita sebagai pengayom para Wanita hendaklah menjaga Wanita-wanita yang berada di bawah naungan kita, baik itu istri, anak perempuan, saudari atau karib-kerabat kita. Hendaklah kita menjaga mereka terlebih lagi dalam interaksi mereka di media sosial. Pastikan bahwa tidak ada hal-hal yang tidak pantas diumbar dan disebarkan ke publik yang mana itu mengundang rasa malu dalam diri kita atau keluarga kita. Semoga Allah melindungi kita semua dari fitnah yang semakin dahsyat hari ini, dan semoga Allah mengaruniakan kita semua sifat malu, sehingga dengannya kita terhindar dari perbuatan yang dapat menjatuhkan marwah dan kehormatan kita. Dan semoga Allah tidak menimpakan azab-Nyakepada negeri kita yang tercinta, karena perbuatan orang-orang jahil diantara kita, Allahumma aamiin yaa mujiibas saa’iliin…

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً  إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَ لْمُسلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Download PDF-nya di https://bit.ly/BersifatDenganPusakaParaNabi

sumber : https://wahdahmakassar.or.id/artikel/bersifat-dengan-pusaka-para-nabi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.